Paris Saint-Germain (PSG) akhirnya meraih gelar Liga Champions pertamanya setelah menaklukkan Inter Milan dengan skor telak 5-0 di Allianz Arena, Munich. Kemenangan ini menjadi margin terbesar dalam sejarah final Liga Champions sejak tahun 1956, sekaligus menegaskan dominasi PSG sebagai kekuatan baru sepak bola Eropa. INDONESIA SCORE, akan membahas informasi menarik mengenai sepak bola hari ini, simak pembahasan ini.
Gol pembuka dicetak oleh Achraf Hakimi (menit ke-12) di depan mantan klubnya, disusul dua gol dari penyerang muda Desire Doue (19 tahun)—yang menjadi remaja pertama sejak Eusebio (1962) yang mencetak brace di final. Khvicha Kvaratskhelia dan Senny Mayulu menyempurnakan kemenangan bersejarah ini, mengakhiri pencarian PSG selama lebih dari satu dekade untuk mengangkat “telinga besar”.
Kemenangan ini juga mencatatkan PSG sebagai klub Prancis kedua yang menjuarai Liga Champions setelah Marseille (1993). Luis Enrique, pelatih PSG, sukses meraih trofi keduanya setelah sebelumnya membawa Barcelona juara pada 2015.
AYO DUKUNG TIMNAS GARUDA, sekarang nonton pertandingan bola khusunya timnas garuda tanpa ribet, Segera download!
![]()
Perubahan Strategi PSG yang Berbuah Manis
PSG selama ini dikenal dengan kebijakan transfer galaktik—merekrut bintang-bintang seperti Messi, Neymar, dan Mbappe—namun gagal di Liga Champions. Perubahan strategi dua tahun lalu dengan fokus pada pemain muda justru membuahkan hasil. Ironisnya, gelar ini datang di musim pertama tanpa Mbappé, yang hengkang ke Real Madrid.
Pemain seperti Doue (19 tahun), Warren Zaire-Emery (18 tahun), dan Bradley Barcola (21 tahun) menjadi bukti kesuksesan revolusi muda PSG. Luis Enrique berhasil menciptakan tim yang lebih seimbang, dengan pressing intensif dan serangan cepat.
“Kami membuat sejarah. Ini untuk semua pemain legenda PSG seperti Thiago Silva dan Di Maria yang gagal di final sebelumnya,” ujar Marquinhos, kapten PSG.
Baca Juga: PSG: Dominasi Tak Terkalahkan di Sepak Bola Prancis
Inter Milan yang Terkapar Tanpa Daya
Inter Milan tampak tak berdaya menghadapi gempuran PSG. Bek tengah Alessandro Bastoni dan Federico Dimarco kerap kebobolan, sementara serangan balik yang menjadi andalan Simone Inzaghi sama sekali tak efektif.
Kekalahan ini menjadi final kedua yang gagal bagi Inter dalam dua tahun terakhir (setelah 2023 vs Manchester City). Performa buruk ini mempertanyakan masa depan Inzaghi sebagai pelatih, terutama dengan rumor ketertarikan Al-Hilal dari Arab Saudi.
“PSG lebih unggul dalam segala hal. Kami harus belajar dari ini,” akui Inzaghi usai laga.
Rekor dan Momen Bersejarah di Final
- Margin kemenangan terbesar (5-0), melampaui rekor AC Milan (4-0 vs Barcelona 1994).
- Doue menjadi pencetak gol termuda di final sejak 1962.
- PSG menyelesaikan treble winner (Ligue 1, Coupe de France, Liga Champions).
“Kami menulis sejarah baru. Ini untuk fans yang selalu percaya,” kata Hakimi. Dengan gelar ini, PSG resmi masuk dalam jajaran elit Eropa dan siap mempertahankan dominasinya di musim depan. Manfaatkan juga waktu luang anda untuk mengeksplorasi lebih banyak lagi mengenai berita sepak bola terbaru lainnya hanya dengan klik indoskorupdate.com.